Latest News

Beda Tipis Persona dan Topeng

 


Oleh : HanU


Menurut Herri Zan Pieter, persona merupakan cara individu dengan sadar menampakkan diri ke dunia luar atau lingkungan.

Semua manusia punya persona, karena itu adalah salah satu bagian dari diri kita, selain empat komponen diri lainnya. 


Apa itu persona?

Persona adalah wajah sosial kita. Semacam topeng yang kita rancang secara sadar atau tidak untuk memberi kesan kepada orang lain, dan sekaligus untuk menutupi sifat asli diri kita. Istilah awamnya, persona itu adalah pencitraan yang kita buat.


Persona juga dianggap sebagai kompleks dari fungsi-fungsi yang terbentuk dari pertimbangan dalam penyesuaian diri atau usaha dalam mencari penyelesaian. Akan tetapi, semuanya tergantung dari sifat maupun kepribadian seseorang. 


Dapat dikatakan bahwa persona adalah kompromi yang sifatnya unik antara individu dan masyarakat. Maka, persona itu hanya muncul ketika ada kehadiran orang lain, khususnya yang di luar keluarga inti. 


Setiap topeng merupakan respons terhadap situasi dan individu yang spesifik. Misalnya, seorang wanita yang bekerja sebagai hakim, dia akan memakai topeng hakim, dia juga bisa menggunakan topeng sebagai istri, ibu, tetangga, teman, dan sebagainya.


Jumlah atau gabungan dari total topeng yang digunakan oleh seseorang inilah yang disebut dengan persona. 


Satu orang bisa memiliki banyak variasi atau bentuk topeng yang dikenakannya. Misalnya, topeng-topeng untuk anggota keluarga yang berlainan (ibu, bapak, mertua, ipar, adik, anak, atau cucu), topeng-topeng lainnya untuk rekan kerja (atasan, rekan kerja, bawahan, pelanggan, atau pemasok).


Sekalipun persona dapat dilihat nyata secara lahiriah, tidak mudah untuk mengendalikan atau mengganti topeng-topeng itu secara cepat dan tepat.


Wujud nyata persona adalah perilaku atau sopan santun yang seseorang tunjukkan, misalnya dengan berkata "terima kasih", "maaf", atau "silakan". Sekalipun pada waktu mengucapkan kata-kata tersebut tidak sepenuhnya mengartikan demikian. Orang tidak akan mengenakan topeng yang sama untuk setiap kesempatan atau pada setiap waktu waktu dan tempat. 


Kesulitan untuk mengganti topeng-topeng secara cepat dan tepat ini akan sangat bergantung pada proporsi peran atau keterlibatan seseorang dalam keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat secara umum.


Sering kali peran-peran ini tidak sejalan atau saling bertentangan hingga dapat menghasilkan ketidaknyamanan (psikis).

Karena orang yang terus menerus berpura-pura itu sungguh berat hidupnya. Hidupnya menjadi tidak seimbang. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk satu komponen. Pikirannya tidak akan sanggup untuk mempertahankan konsistensi antar topeng. Ia bisa mudah lupa atau terpeleset, 


Sebagai contoh, seorang remaja pria mungkin akan mengenakan topeng anak manis yang taat di hadapan orang tua atau gurunya. Sementara topeng jutek akan dikenakannya pada waktu berhadapan dengan adik atau teman sekolahnya.


Pada waktu dia berada di antara orang tua dan adiknya, atau di antara guru dan teman-teman sekolahnya, sangat mungkin dia akan berperilaku yang sama sekali bukan sebagai anak manis ataupun jutek, tapi berperilaku sebagai remaja yang pemalu.


Manfaat Persona

Persona bermanfaat untuk beradaptasi dengan dunia luar. Tanpa persona yang berkembang, orang akan menemui kesulitan sosial untuk mencapai tujuan tertentu yang mengandalkan impresi atau kesan positif dari orang lain.


Mudah2an kita bisa mengendalikan persona kita dengan lebih bijak sehingga hidup lebih berarti baik untuk diri sendiri maupun orang lain.


Semoga kita selalu sehat. (HanU)



( disadur dari kumpulan artikel psikologi )

No comments:

Post a Comment

Suara Medika Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by 5ugarless. Powered by Blogger.