Oleh : cak andi
Tahukah Anda bahwa ternyata terdapat perbedaan antara simpati dan empati dalam psikologi yang cukup signifikan? Empati dan simpati memang sering dianggap sebagai perasaan peduli dan “merasakan” orang lain.
Banyak yang menggunakan istilah simpati terutama saat berhadapan dalam situasi merasakan “iba” tentang apa yang dialami oleh orang lain. Simpati dan empati agaknya menjadi dua hal yang memang sebelas dua belas. Banyak pula yang mengatakan bahwa keduanya sebenarnya hanya memiliki perbedaan yang sangat tipis. Apakah benar demikian?
Ternyata simpati dan empati memiliki perbedaan yang cukup jauh.
Simpati Adalah “Feeling with”
Berdasarkan pengertiannya, simpati merupakan sebuah sikap untuk mampu peduli dan merasa iba dengan orang lain. Sikap ini disebut dengan sikap feeling with. Simpati mungkin hanya mampu merasakan bersama dengan orang lain tentang apa yang mereka rasakan. Pihak yang terlibat akan menganggap bahwa apa yang terjadi merupakan persamaan nasib sehingga sikap yang ada kemudian akan saling mendukung.
Empati Adalah “Feeling in”
Jika simpati merupakan sikap feeling with, maka pengertian empati menurut para ahli lebih kepada sikap feeling in. Empati merupakan sebuah sikap dimana seorang individu mampu merasakan apa yang orang lain rasakan. Empati membuat seseorang merasa mampu berada dalam posisi orang lain. Sikap ini biasanya ditunjukkan dengan sikap penerimaan saat menghadapi orang lain yang sedang mengalami permasalahan. Biasanya, bina hubungan saling percaya akan terwujud dengan penunjukkan sikap feeling in ini.
Sikap empati dalam psikologi merupakan sikap yang lebih mendalam. Seseorang akan lebih merasakan kesedihan orang lain dan tahu apa yang orang lain rasakan ketika berada dalam situasi tersebut. Saat sikap ini muncul, seseorang biasanya juga akan lebih berusaha bekerja sama untuk mencari penyelesaian masalah bersama. Sikap empati ini biasanya akan erat sekali dengan kemauan seseorang untuk menolong orang lain.
Manfaat Empati dalam kehidupan :
1. Membangun relasi dengan orang lain
Manfaat empati yang paling utama adalah membangun relasi sosial dengan orang lain. Orang lain akan merasa dimengerti nyaman dan dekat dengan kita.
2. Meningkatkan perilaku tolong-menolong
Melatih diri memiliki sikap empati berarti meningkatkan perilaku tolong-menolong di kehidupan sehari-hari. Ketika kita bisa berempati terhadap orang lain, keinginan kita untuk membantu orang lain akan lebih tinggi.
3. Membentuk moral yang baik
Memiliki empati berarti memiliki rasa kasih terhadap orang lain. Empati membantu kita untuk mengidentifikasi sikap atau perilaku yang baik untuk dilakukan, selalu dengan moral yang dianut.
4. Membantu mengatur ego diri
Memiliki kemampuan berempati berarti mampu berpikir di luar dari kepentingan diri sendiri.
Dengan begitu, kita akan belajar untuk melihat kepentingan orang lain di samping kepentingan diri sendiri.
Kurangnya rasa empati terhadap orang lain menjadi salah satu ciri khas pengidap gangguan kepribadian narsistik. Orang dengan gangguan mental ini akan mengacuhkan maupun mengabaikan kebutuhan orang lain. Mereka sering memandang orang lain hanya sebagai objek untuk melayani atau memenuhi kebutuhan mereka. Orang dengan gangguan narsistik juga tidak peduli terhadap dampak perilaku pada orang lain. Satu-satunya hal yang mereka pikirkan hanyalah kepentingan diri sendiri.
Rasa Empati seseorang bisa hilang penyebabnya antara lain :
1. Kelelahan emosional
2. Gangguan kepribadian dan perkembangan
3. Kecerdasan emosional yang rendah
Empati juga mungkin terkait dengan kecerdasan emosional. Seseorang dengan kecerdasan emosional yang rendah mungkin akan memiliki empati yang rendah.
4. Stres berkepanjangan
Berada dalam kondisi stres berkepanjangan dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang toleran terhadap perilaku orang lain sehingga terjadi hilangnya rasa empati.
5. Kurangnya sosok yang bisa dicontoh
Selain mempunyai dampak positif, Empati tinggi berdampak tidak baik juga. Rasa empati yang berlebihan bisa membuat kita mengorbankan banyak hal termasuk kehidupan dan keuangan kita. Empati berlebihan juga bisa menimbulkan rasa lelah, baik itu secara fisik maupun mental. Kita akan terlalu banyak merasakan dan memikirkan kesedihan dan emosi yang dialami oleh orang lain sampai melupakan diri kita sendiri.
Sebab itu atur rasa empati kita terhadap orang lain dengan sewajarnya karena kita harus bisa membatasi kepentingan, perasaaan dan keinginan diri sendiri, serta tidak mencampurkannya dengan orang lain.
Semoga kita selalu sehat
Sumber : dokter psikologi.com
No comments:
Post a Comment