Latest News

Gangguan Perilaku pada Demensia 2

 

Manula

Oleh : Dr FX Santoso

GEJALA PERILAKU PADA DEMENSIA

Orang dengan demensia bisa mengalami perilaku yang tidak terduga dan membuat keluarga bingung dalam menyikapi perilaku tersebut. Untuk itu penting bagi keluarga mengetahui perilaku seperti apa saja yang mungkin terjadi, dan hal-hal apa yang bisa menyebabkan perilaku tersebut.

1. Perilaku agresif 

Perilaku agresif bisa dengan kata-kata (misalnya berteriak, memaki-maki, dsb) atau tindakan fisik (misalnya mendorong, memukul, dsb). Perilaku ini bisa terjadi tiba tiba tanpa alasan atau karena situasi tertentu yang membuat dia frustasi (ada pemicu/ trigger). Sangat penting untuk mengetahui alasan yang menyebabkan orang dengan demensia menjadi kesal dan marah.

2. Kecemasan 

Orang dengan demensia bisa merasa cemas, dan kemudian menjadi gelisah atau berjalan mondar-mandir. Bisa juga tiba-tiba menjadi murung dan fokus pada detail tertentu.

3. Kebingungan 

Orang dengan demensia kadang tidak mengenali orang, tempat atau barang. Dia bisa lupa hubungannya dengan orang yang ia temui (termasuk suami/istri, anak, dan cucu), memanggil anggota keluarga dengan nama lain, atau menjadi bingung karena tidak tahu dimana rumahnya. Lupa akan tujuan penggunaan suatu barang, misalnya garpu digunakan untuk menulis. Situasi seperti ini bukanlah mudah untuk keluarga yang merawat, butuh kesabaran dan sikap mau memahami orang dengan demensia.

4. Perilaku mengulang sesuatu 

Orang dengan demensia bisa melakukan suatu tindakan berulang-ulang, misalnya mengulang kata-kata yang sama, menanyakan hal yang sama, atau berulang kali berjalan ke arah jendela kemudian kembali, mencuci piring berulang-ulang, dsb.

5. Curiga yang berlebihan 

Orang dengan demensia kehilangan memorinya dan kebingungan. Hal ini bisa membuatnya mudah curiga dengan apa yang terjadi di sekitarnya, seperti menuduh seseorang mencuri, berselingkuh, dsb. Kadang dapat juga terjadi mis-interpretasi dari apa yang dilihat dan didengarnya.

6. Berjalan-jalan dan tersesat 

Kadang kita mendengar berita radio SS atau di medsos tentang ditemukannya seorang tua yang tidak tahu jalan pulang, tanpa membawa identitas, bahkan namanya sendiri lupa. Orang dengan demensia memang sering berjalan-jalan tak tentu arah dan akhirnya tersesat. Mereka mungkin berusaha untuk pulang tapi bingung karena tidak tahu dimana rumahnya. Waktu di rumah, mereka ingin melakukan aktivitas rutin yang biasa dilakukannya dulu, seperti pergi ke kantor, ke pasar, dsb.

7. Gangguan tidur 

Gangguan tidur dan perubahan pola tidur sering terjadi pada orang dengan demensia. Hal ini bisa disebabkan karena perubahan di otak yang terjadi karena demensia tsb.


Gejala gangguan perilaku ini bisa terjadi pada semua jenis demensia, termasuk penyakit Alzheimer, demensia vaskular, demensia Lewy Body dan demensia frontotemporal. Gangguan perilaku ini dapat mencakup halusinasi, delusi dan agitasi (perilaku agresif). 


HALUSINASI DAN DELUSI 

Halusinasi dan delusi, dua masalah kejiwaan yang sering dianggap sama, bahkan tertukar dalam penggunaan istilahnya. Faktanya, kedua masalah kesehatan ini sungguh berbeda. Dan keduanya bisa terjadi pada orang dengan demensia. 


Perbedaan dan persamaan

Halusinasi merupakan hal yang dirasakan dengan panca indra namun tidak nyata, sedangkan delusi adalah kepercayaan seseorang terhadap suatu hal yang tidak nyata atau tidak benar. Jadi persamaannya adalah baik halusinasi maupun delusi merupakan kondisi di mana seseorang mengalami hal yang tidak nyata


Halusinasi 

Halusinasi adalah semua hal yang bisa dirasa, didengar, dilihat, atau dicium, walaupun tidak nyata (orang lain tidak merasakannya). Penyebabnya bisa gangguan mental (termasuk demensia), penyalahgunaan obat, kurang tidur, dan kondisi kesehatan tertentu, seperti demam tinggi, stadium terminal penyakit, migraine, epilepsy, dan isolasi sosial. 


Sesuai dengan panca indra, ada lima jenis halusinasi :

 • Halusinasi visual, misalnya merasa melihat seseorang, benda atau obyek lain yang sebenarnya tidak ada disana. Jenis ini yang paling sering dijumpai pada demensia.

 • Halusinasi olfactory, misalnya merasa mencium bau wangi, atau bau tidak sedap pada diri sendiri, suatu obyek, atau orang lain.

 • Halusinasi gustatory, misalnya merasa mengecap rasa besi/logam pada lidahnya. Hal ini sering terjadi pada penderita epilepsy.

 • Halusinasi auditory, misalnya merasa mendengar suara seperti langkah kaki, bel, ketukan berulang. Ini adalah jenis halusinasi yang paling umum.

 • Halusinasi tactile, misalnya merasa seperti ada semut yang berjalan, tangan seseorang yang menyentuh badan mereka, pergerakan organ dalam, dsb.


Delusi atau Waham

Delusi adalah gangguan mental di mana pasien tidak dapat membedakan realitas dan imajinasi, sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan apa yang diyakininya. 


Berbeda dengan halusinasi yang merupakan suatu gejala dari penyakit lain, delusi merupakan suatu gangguan mental yang serius. Ada beberapa faktor yang bisa menimbulkan gangguan ini, seperti genetik, biologis (misalnya tumor otak), stress berlebih, penyalahgunaan obat, dsb.


Umumnya penderita delusi dapat bekerja dan berinteraksi seperti orang normal, tapi perilakunya akan berubah (seperti marah, tersinggung, sedih) bila dalam interaksinya menyinggung apa yang diyakininya. 


Ada beberapa jenis delusi:

 • Erotomatic, misalnya seseorang meyakini bahwa artis idolanya jatuh cinta padanya yang disertai perilaku obsesi dan stalking (menguntit) idolanya.

 • Grandiose (waham kebesaran), keyakinan bahwa dirinya memiliki kelebihan yang tak dimiliki orang lain. Contoh keyakinan bahwa dirinya adalah penguasa alam semesta atau seorang raja.

 • Jealous (waham cemburu), keyakinan bahwa pasangannya selingkuh dan tidak setia tanpa ada buktinya. Pada kasus yang ekstrem bisa membuat seseorang mencelakai pasangannya karena merasa dikhianati. 

 • Persecutory (waham curiga), keyakinan bahwa ada orang yang selalu mengawasi dirinya dan akan berbuat jahat. Akibatnya ia selalu mencurigai orang sekitarnya.

 • Somatic, keyakinan bahwa dirinya memiliki masalah fisik atau penyakit tertentu, misalnya percaya bahwa ada parasit yang menginfeksi tubuhnya sehingga menimbulkan bau badan.

 • Waham nihilistik, keyakinan bahwa dirinya sudah mati. Akibatnya ia tidak lagi peduli pada apapun yang ada di sekitarnya.

 • Waham agama, keyakinan bahwa dirinya memiliki kelebihan dalam bidang agama, kadang menganggap dirinya sebagai nabi atau bahkan Tuhan.


Ber Sam bung . . . 3

Semoga kita selalu sehat.


Related web https://www.suarawisata.com

No comments:

Post a Comment

Suara Medika Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by 5ugarless. Powered by Blogger.