Latest News

Gangguan Perilaku pada Demensia 3

 


Oleh : Dr FX Santoso


PENGOBATAN DEMENSIA SECARA UMUM

Penatalaksanaan demensia memerlukan pendekatan non-farmakologis dan farmakologis secara komprehensif, termasuk penilaian gejala yang akurat, lingkungan rumah, identifikasi pencetus (trigger), dan pengaruhnya terhadap pasien. Dalam hal ini terapi non-farmakologis menempati porsi yang jauh lebih besar


Beberapa fakta yang perlu diperhatikan dalam pengobatan demensia

1. Baik penyakit Alzheimer maupun tipe demensia yang lain bersifat progresif, artinya penyakit ini akan terus berkembang menjadi tambah buruk (penyakit degeneratif) dan diakhiri oleh kematian. Progresivitasnya bervariasi, bisa cepat bisa lambat.

2. Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan (cure) Alzheimer dan demensia lainnya. Obat-obat yang ada saat ini hanya mengurangi gejala yang nampak saja.

3. Ciri psikotik penderita demensia adalah halusinasi (biasanya visual), delusi, dan delusi salah identifikasi (contoh pasien percaya bahwa salah satu anggota keluarganya adalah penipu, percaya ada orang asing di rumahnya, atau gagal mengenali rumah mereka sendiri).

Sedangkan perilaku non-psikotik yang terkait dengan demensia termasuk agitasi, pengembaraan, dan agresi. Pasien dengan agitasi (gelisah, jengkel, gugup) bisa juga disebabkan oleh rasa lapar/haus, alkohol/kafein, dan infeksi. Sedangkan agresi fisik atau verbal sering dikaitkan dengan delusi salah identifikasi. 

4. Demensia dengan gejala gangguan psikotik seperti halusinasi dan waham (delusi) menimbulkan kegaduh gelisahan. Demensia dengan gejala waham meningkatkan presentase kegaduhgelisahan (bila dibandingkan yang tanpa waham): gejala agitasi meningkat 5 kali, marah meningkat 10 kali, dan berjalan tanpa tujuan 15 kali.

5. Efek samping dari obat-obatan yang sering dipakai pada penderita psikosis jauh lebih tinggi bila diberikan pada penderita demensia. Hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan kalau mau memberi terapi farmakologis.


Terapi non-farmakologis

Pentingnya peran keluarga penderita Alzheimer

Sampai saat ini belum ada obat yang ‘cespleng’ untuk Alzheimer dan demensia lainnya, maklum penyakit ini sifatnya degeneratif. Apalagi obat-obat yang ada efek sampingnya jauh lebih merugikan daripada hasil yang diperoleh. Oleh karena itu, pengobatan lini pertama bukanlah obat-obatan. Kadang orang dengan gejala psikosis yang ringan belum perlu minum obat. Mereka lebih membutuhkan perhatian (care) dan kasih sayang (compassion) dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. 


Kalau di luar negeri, ada perawat atau pekerja sosial yang khusus dididik dan dilatih untuk merawat penderita Alzheimer di rumah atau di panti jompo. Sayang hal itu tidak ada di Indonesia, apalagi di kota kecil seperti Bojonegoro. Adalah tugas kita sebagai keluarga dan orang terdekat pasien untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, dan membuat hari-hari tersisa mereka menjadi lebih menyenangkan karena dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai mereka.


1. Perhatikan pola makan

Gejala Alzheimer atau demensia adalah suka lupa. Hal ini akan membuat pola makan pasien tidak teratur. Ditambah dengan gejala-gejala lain seperti malas gerak, gangguan penglihatan, pasien tidak bisa mengenali makanan, atau lupa caranya makan. Ini semua mengakibatkan pasien menjadi dehidrasi, malnutrisi, serta imunitas menurun. 

Untuk itu penting untuk memperhatikan pola makan pasien. 

 • Dampingi pasien ketika makan, beritahu cara makan yang benar. Ya seperti kita mengulang lagi saat mengajari anak-anak makan semasa kecil.

 • Buat jadwal makan, dan pertahankan rutinitas ini, misalnya menyajikan makanan pada jam-jam yang sama setiap hari, karena hal ini bisa mengurangi stress dan mengurangi kemungkinan perilaku bermasalah.

 • Hidangkan makanan yang simple. Ini akan membantu pasien mengenal lauk-pauk yang akan dimakan.

 • Batasi makanan yang mengandung lemak jenuh, tinggi kolesterol, tinggi gula dan garam. Sebaliknya perbanyak sayuran, buah, sereal dan susu rendah lemak.

 • Ciptakan suasana tenang pada saat makan agar pasien bisa fokus pada aktivitas makannya, matikan radio dan televisi selagi makan.


2. Tingkatkan komunikasi dengan cara yang tepat

Sentuhan tangan bisa membuat pasien lebih percaya diri

Pasien Alzheimer cenderung sulit berkomunikasi, bisa bicara terbata-bata, sulit menyebut kata yang ingin diucapkan, atau terus-menerus mengulang sebuah kata. Oleh karena itu, cara berkomunikasi dengan pasien Alzheimer tidak bisa disamakan dengan orang yang normal.

 • Berbicaralah langsung dengan pasien, jangan melalui orang ketiga.

 • Berbicaralah secara empat mata dalam suasana tenang, tatap muka, lakukan kontak mata, jangan berbicara dari belakang pasien.

 • Belajar bersabar dan mendengarkan ucapan pasien hingga selesai.

 • Cobalah berbicara dengan nada yang jelas, perlahan, kalau perlu diikuti dengan gerakan tubuh.

 • Hindari berbicara dengan nada keras atau membentak. Hindari perdebatan.

 • Sentuhan tangan mungkin bermanfaat pada pasien yang mengalami delusi.

 • Jangan mengajukan pertanyaan terbuka, misalnya “Pagi ini mau sarapan apa?” karena pertanyaan ini akan membuat pasien menjadi bingung, kesal dan stress. Lebih baik ajukan pertanyaan tertutup, seperti “Pagi ini apa mau sarapan pecel?” sehingga jawabannya tinggal ‘ya’ atau ‘tidak’.

 • Bila pasien mencoba menerka-nerka kata atau lupa, cobalah beri pilihan kata untuk memudahkan mereka.


3. Ajak pasien untuk berolahraga dan mengikuti aktivitas sosial

Pastikan bahwa pasien Alzheimer tetap bugar. Ajaklah pasien aktif untuk berolahraga bersama. Selain utk menyehatkan secara fisik dan mental, menjaga berat badan ideal, meningkatkan kualitas tidur, juga memungkinkan pasien berinteraksi dgn orang lain. 

Tentunya jenis dan durasi olahraga perlu disesuaikan dengan usia penderita.

Selain itu aktivitas sosial juga bisa memberi manfaat pada pasien Alzheimer yang mengalami gejala depresi, suasana hati yang mudah berubah dan kesepian.


4.Terapi bermain

Ada banyak jenis permainan atau game yang diklaim bisa dipakai untuk sarana terapi penderita Alzheimer, antara lain Sudoku, mengisi TTS, puzzle, scrabble, main tebak kata, permainan kartu remi, bahkan permainan tradisional seperti dakon/congklak bisa dicoba. Juga ada banyak games yang bisa diunggah dari app store. 

Pasien juga bisa diajak untuk bernyanyi bersama atau kegiatan seni lainnya, seperti main musik, melukis, dsb. Menggali kenangan yang menyenangkan, seperti melihat album foto, cerita masal lalu, dsb. Terapi musik, terapi hewan peliharaan, dan terapi okupasi mungkin bisa mengurangi perilaku yang terkait dengan psikosis.


5. Perhatikan pola tidur

Pasien Alzheimer kerap mengalami gangguan tidur. Agar kualitas tidurnya tetap baik, cobalah beberapa tips berikut ini:

 • Ciptakan suasana kamar tidur yang nyaman dan aman, termasuk suhu ruangan.

 • Buatlah rutinitas tidur, biasakan tidur dan bangun pada jam yang sama.

 • Jangan biarkan pasien tidur hingga larut malam

• Sebelum tidur, siapkan air hangat untuk mandi sore. Ini akan membantu menjadi lebih rileks.

 • Batasi tidur siang, kurangi minum di malam hari, hindari minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, coklat, minuman energi. 

 • Atur cahaya kamar yang tepat. Terapi cahaya terang di malam hari dapat mengurangi agitasi yang dapat terjadi saat lingkungan gelap. 

 • Jangan beri obat tidur tanpa izin dokter, karena efek sampingnya mungkin dapat memperburuk kondisi pasien.


6. Ciptakan suasana rumah yang aman

Suasana rumah yang tenang bisa membantu pasien untuk fokus pada semua kegiatan yang dilakukan. Sebaliknya, rumah yang bising akan membuat mereka stress. Selain tenang, diperlukan juga rumah dan lingkungan yang aman. Alasannya, karena pasien 

Alzheimer rentan mengalami insiden, seperti terjatuh, ceroboh dalam meletakkan atau menggunakan benda.

 • Simpan kunci, dompet dan benda berharga lainnya di tempat yang aman agar tidak mudah hilang. Simpan benda-benda berbahaya seperti pisau, gunting, senjata, di tempat yang aman dan sulit dijangkau pasien.

 • Simpan obat-obatan Alzheimer di tempat yang tidak terjangkau pasien.

 • Atur ponsel pasien dengan aplikasi pelacak lokasi. Ini akan sangat membantu apabila pasien tersesat saat keluar rumah. Bisa juga dengan memberi tanda pengenal.

 • Singkirkan perabot rumah yang mungkin mengganggu saat pasien berjalan. Pastikan lantai rumah selalu kering dan tidak licin agar pasien tidak mudah tergelincir.

 • Pajang foto-foto di dinding rumah yg dapat membantu pasien mengenal dan mengingat anggota keluarganya.

 • Jangan biarkan banyak cermin tergantung di rumah. Alasannya, cermin bisa menjadi trigger dari episode halusinasi dan delusi. Contoh seorang pasien yakin bahwa ada orang asing di kamarnya, dan bersikeras bahwa ia pernah melihat bayangannya. Mungkin tindakan memindahkan atau menutupi cermin dengan kain dapat mengurangi kecemasannya.

Kasus lain dimana seseorang merasa ada orang yang memata-matainya (waham curiga). Tindakan menurunkan gorden jendela bisa mengurangi masalahnya.


7. Menjaga kehangatan tubuh

Kedinginan adalah suatu risiko kesehatan yang serius bagi lansia yang tidak aktif dan memiliki sirkulasi yang buruk. Oleh karena itu pastikan mereka mengenakan pakaian yang sesuai, bila perlu beri selimut, kaus kaki, syal, topi, dsb. Atur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin. Mungkin ini untuk pasien yang hidup di Eropa/Amerika ya?


8. Kesehatan gigi dan gusi

Gigi dan gusi yang sehat sangat penting untuk membantu para pasien Alzheimer makan. Jadi pastikan mereka memeriksakan kesehatan giginya secara berkala, termasuk juga gigi palsu apabila mereka menggunakannya.


9. Atasi sembelit dan inkontinesia

Sembelit dpt menyebabkan rasa sakit, tidak nyaman dan kebingungan. Hal ini sering terjadi pada lansia yang tidak aktif. Makanan berserat, banyak minum air putih, dan olahraga teratur dapat memperbaiki kondisi ini.

Pasien Alzheimer sering buang air kecil dan besar sembarangan (inkontinesia). Latih mereka ke kamar mandi setiap hari, ya seperti toilet training pada anak kecil. Bisa juga dengan memakai popok dewasa biar lebih higienis dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.


10. Perilaku berulang

Penderita Alzheimer sering melakukan perilaku berulang, seperti menanyakan atau menceritakan sesuatu berulang kali. Untuk mengatasi hal ini, coba alihkan perhatiannya dengan aktivitas lain.


11. Agitasi dan agresif

Perilaku agitasi (gelisah, jengkel, gugup) dan agresif (fisik atau verbal) bisa terjadi tiba-tiba tanpa alasan atau karena situasi tertentu yang membuatnya frustasi (jadi ada pemicunya). Lindungi keamanan pasien, diri anda sendiri dan orang di sekitar. Lakukan pula persuasi dan komunikasi nonverbal. Dan kalau bisa hilangkan trigger-nya, atau alihkan perhatiannya dari trigger yang mungkin membuat mereka kesal. Sama halnya ketika anak-anak kita masih kecil lagi nakal atau rewel, lalu kita mengalihkan perhatian mereka dengan permainan untuk dimainkan.


12. Sikap keluarga

Gejala-gejala pasien Alzheimer yang menjurus psikotik sering membuat keluarga jadi khawatir. Tapi dokter jarang melibatkan keluarga dan memberikan pendidikan tentang bagaimana menghadapinya. Halusinasi dan delusi bisa menakutkan keluarga, namun sepanjang itu tidak membahayakan orang lain ya biarkan saja. Sangat penting untuk bisa berinteraksi dengan pasien secara tenang. Jika tidak, pasiennya marah (perilaku agresi), keluarganya ikutan marah, dan akhirnya mengarah pada siklus keputusasaan komunal. Jadi, tetap tenang, jangan ajak pasien berdebat, coba alihkan perhatiannya ke masalah lain. Mungkin cara ini bisa menenangkannya.


Terapi farmakologis

Penelitian tentang obat-obat Alzheimer dalam beberapa tahun ini cukup pesat, walaupun sampai saat ini belum ada obat yg dapat menyembuhkan penyakit ini. Beberapa jenis obat yang sudah direkomendasikan oleh FDA adalah 

 • Galantamine, rivastigmine dan donepezil, ketiga obat ini masuk dalam golongan cholinesterase inhibitor. Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi atau mengendalikan beberapa gejala kognitif dan perilaku. Obat ini digunakan untuk mengobati Alzheimer ringan, sedang dan berat.

 • Lecanemab dan aducanumab adalah imunoterapi. Digunakan untuk mengobati gangguan kognitif ringan dan Alzheimer ringan. Efek sampingnya lebih berat dari ketiga obat pertama.

 • Memantine adalah golongan NMDA antagonist, dan digunakan untuk mengobati Alzheimer sedang hingga berat. Bila perlu, memantine bisa dikombinasikan dengan donepezil. 


Obat-obat yang harus digunakan dengan ekstra hati-hati

Beberapa jenis obat, seperti obat tidur, penenang, antikejang, dan antipsikosis hanya boleh dipertimbangkan sebagai pilihan apabila:

 • Dokter telah menjelaskan semua risiko dan efek samping obat

 • Obat pilihan lain yang lebih aman sudah tidak dapat mengatasi masalah itu

Kalau terpaksa, pemberian obat-obat di atas hanya boleh dilakukan dalam waktu singkat, tidak boleh terus-menerus, dengan pemantauan efek samping yang ketat, khususnya untuk obat antipsikosis karena efek sampingnya bisa amat serius. 


Sebuah rumus umum yang dipakai dalam mengobati Alzheimer adalah dimulai dari dosis rendah kemudian dinaikkan perlahan-lahan. Upayakan untuk menggunakan monoterapi dahulu sampai perbaikan tercapai, atau ada efek samping yang tidak bisa ditoleransi, atau dosis maksimal tercapai. Perlu dicatat bahwa tujuan dari terapi farmakologis adalah mengurangi gejala gangguan perilaku yg paling menjengkelkan, bukan menghilangkan.


 Tulisan ini dirangkum dari berbagai sumber yang kredibel, di atas tahun 2020

 Semoga kita selalu sehat.


Simak juga www.suarawisata.com

No comments:

Post a Comment

Suara Medika Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by 5ugarless. Powered by Blogger.