Oleh : DeNing
Pakar psikologi mengungkapkan bahwa kenikmatan liburan sudah dapat kita rasakan sejak merencanakannya. Kepuasan ini semakin terasa menjelang harinya tiba, dan mencapai puncaknya pada hari pertama liburan. Liburan juga seharusnya membawa dampak positif bagi kesejahteraan mental. Liburan memberikan kesempatan bagi seseorang untuk beristirahat dan merilekskan pikiran mereka. Dengan meninggalkan tekanan pekerjaan atau tanggung jawab sehari-hari, seseorang dapat mengalami penurunan tingkat stres secara signifikan.
Liburan yang sehat akan menyegarkan jiwa dan kita pun kembali ke kegiatan sehari-hari dengan semangat baru. Karena liburan menjauhkan diri kita dari tuntutan pekerjaan sehingga mengistirahatkan otak dari mekanisme berpikir yang rumit.
Ketika seseorang berlibur, mereka juga dapat mengalami perasaan bahagia dan kegembiraan. Aktivitas menyenangkan dan momen-momen bahagia selama liburan dapat melepaskan hormon endorfin yang meningkatkan suasana hati dan perasaan kebahagiaan. Ini juga dapat membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan.
Liburan juga membawa fungsi penyegaran secara sosial (social recharge) dengan mendekatkan kita pada keluarga atau teman-teman yang sering terabaikan karena kesibukan sehari-hari. Secara khusus dari aspek kesehatan emosional, berlibur memberi banyak peluang bagi kita untuk mengalami pengalaman puncak (peak experience).
Bayangkan, saat kita menatap matahari terbenam dan dalam hitungan detik kita merasakan kekaguman luar biasa dengan keindahan langit kala senja. Pengalaman-pengalaman semacam ini diyakini seorang penggagas psikologi humanistis, penting untuk kematangan emosi.
Kenikmatan-kenikmatan seperti ini dapat memperkaya sekaligus menyeimbangkan aspek-aspek emosional kita. Seperti yang dikatakan filsuf Yunani, “Tidak mungkin manusia dapat memiliki hidup menyenangkan tanpa hidup bijak dan melakukan hal-hal bermakna”. Begitu juga sebaliknya, manusia tidak mungkin memiliki hidup bermakna tanpa mengalami kesenangan diri dalam hidup.
Karena dalam hidup yang penting adalah menyeimbangkan keduanya, hidup yang bermakna (eudaimonia) dan kesenangan (hedonisme). Dengan cara tertentu, liburan adalah bentuk keseimbangan antara keduanya. maka liburan pun menyumbang terhadap kebahagiaan kita. Oleh sebab itu, sering-seringlah liburan.
Mungkinkah? Di sinilah pentingnya “mental” liburan. Jika kita memiliki mental liburan, kita dapat berlibur setiap hari, tidak perlu menunggu waktu libur panjang, tidak perlu menghitung jatah cuti. Bagaimana caranya? Kita dapat melakukan apa yang dinamakan kedua pakar psikologi positif, sebagai liburan harian. Liburan harian ini penting untuk keseimbangan hidup setiap harinya.
Caranya juga mudah. Siapkan waktu sekitar 30 menit per hari untuk memanjakan diri dengan sekadar duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi panas, membaca buku favorit,menulis, atau membeli jajanan pasar yang sudah lama tidak dicicipi.
Daftar di atas dapat anda tambahkan sendiri. Rencanakan setiap hari apa yang hendak anda lakukan besok untuk berlibur singkat. Jangan lupa, kenikmatan liburan sudah dapat kita rasakan sejak merencanakannya.
Semoga kita selalu sehat.
Sumber repository.ubaya.ac.id
No comments:
Post a Comment