Oleh : DeNing
Pasti kita sudah sering mendengar mengenai pepatah “Hidup itu ibarat roda yang berputar. Kadang diatas, kadang dibawah.” Jika kita renungi lagi, ada benarnya juga ya.
Tidak setiap apa yang kita inginkan dan cita-citakan selalu terwujud. Terkadang kita harus merasakan gagal meskipun telah berusaha.
Kegagalan, kesulitan, dan penderitaan adalah bagian dari pengalaman hidup manusia yang tidak dapat dihindari. Seringkali kita mengalami peristiwa-peristiwa yang tidak terduga, dan mungkin saja membuat kita terjebak dalam keterpurukan.
Itulah kehiduan dan setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam menanggapi peristiwa kemalangan yang dialaminya.. Sebagian orang terjebak dalam keterpurukan, tapi sebagian yang lain memilih untuk berusaha bangkit dari keterpurukan dan belajar dari pengalaman sulit itu. Perbedaan cara dalam bereaksi terhadap kemalangan dipengaruhi oleh sumber daya psikologis yang dimiliki oleh seseorang. Dalam bahasa psikologi, sumber daya psikologis yang mendorong seseorang untuk bangkit kembali dari keterpurukan, akrab disebut sebagai resiliensi.
Seperti bola basket, waktu jatuh ke bawah, “resiliensi” membantu bola tersebut bisa memantul naik dengan cepat. Bayangkan diri kita seperti bola basket tersebut, resiliensi lah yang membantu kita bisa bangun lagi setelah jatuh.
Kemampuan ini sangat penting digunakan untuk mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang mampu mengembangkan kemampuan resiliensi dengan baik maka akan lebih sukses menghadapi permasalahan hidup yang sedang dihadapi.
Seseorang yang resilien memiliki peluang lebih besar untuk bisa menyesuaikan diri, bangkit, dan tetap berkembang meskipun berhadapan dengan situasi sulit atau terpuruk.
Seseorang yang resilien memiliki kecenderungan bahwa ia telah berdamai dengan emosi negatifnya sehingga ia merasa netral atau merasakan emosi positif meskipun berada dalam situasi stres.
Emosi positif inilah yang membuat seseorang mampu bangkit dari situasi terpuruknya. Dampaknya, orang-orang dengan kemampuan resilien yang baik akan merasakan kesejahteraan dan kepuasan dalam hidup baik secara fisik, psikologi maupun spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi dapat mencegah atau mengurangi tingkat keparahan kecemasan dan depresi saat seseorang berada dalam situasi penuh tekanan.
Beberapa cara meningkatkan Resiliensi
1. Ubah persepsi tentang kegagalan
Kita perlu meyakini bahwa kegagalan adalah suatu hal yang wajar dalam usaha untuk mencapai cita-cita. Dengan mengubah persepsi kegagalan menjadi hal yang lebih positif membuat kita menjadi pribadi yang lebih matang dan mampu memaknai kesuksesan secara lebih, sehingga membantu kita untuk lebih termotivasi dibandingkan mengurung diri dalam kerterpurukan.
2. Bangun kepercayaan diri
Kepercayaan diri penting bagi pribadi yang ingin resilien. Dengan kepercayaan diri kita akan memiliki keyakinan bahwa kita akan sukses suatu saat nanti.
3. Belajar untuk relaks
Ketika kita menjaga pikiran dan tubuh kita, kita akan lebih mampu untuk mengatasi tantangan dalam hidup secara lebih efektif. Beberapa caranya adalah dengan membiasakan diri untuk tidur cukup, olahraga, meditasi, dan refreshing.
4. Kontrol respons diri
Ingat bahwa kita semua pernah mengalami hari-hari berat. Tetapi kita memiliki pilihan dalam menanggapi. Kita bisa memilih reaksi yang panik dan pesimis ataupun tenang dan optimis. Pribadi yang resilien mampu memilih respons yang tepat dari masalah yang dihadapi yaitu dengan tetap tenang dan optimis.
5. Bersikap fleksibel
Pribadi yang resilien memahami bahwa segala sesuatunya berubah, bahkan rencana yang sudah dibuat dengan hati-hati pun bisa gagal ataupun dibatalkan. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan memahami masalah atau dengan memilih jalur atau solusi lain.
Jadi, jangan buru-buru melabeli diri dengan orang yang tidak berguna ya! Bisa jadi kegagalan mengajarkan kita untuk memperbaiki diri dan menemukan kelemahan diri. Kegagalan juga mengajarkan kita akan kekuatan dan betapa bermaknanya sebuah kesuksesan.
Kesuksesan bisa dicapai ketika kita mau untuk bangkit dari kegagalan dan keterpurukan.
Semoga kita selalu sehat.
Sumber : kamuspsikologi.com pijarsikologi.com
Baca juga www.suarawisata.com
No comments:
Post a Comment