Latest News

Beras Kurang Tercukupi

 

Petani

16 Oktober adalah Hari Pangan Sedunia, yang pada tahun 2023 ini memilih tema 'Water is Life, Water is Food. Leave No One Behind' yang berarti 'Air adalah Kehidupan, Air adalah Makanan. Jangan Tinggalkan Siapa Pun'. Semangat dari tema berfokus pada peran penting air bagi kehidupan di bumi untuk semua orang serta sebagai sumber dan pondasi makanan.

Pernahkah kita merenung bahwa lahan pertanian, perkebunan serta hutan berkurang jauh dibanding 50 tahun yang silam. Pernahkah kita merenung bahwa penduduk bumi ini bertambah terus menerus walau ada yang wafat. Padahal hidup kita tergantung dari pangan yang dihasilkan dari lahan yang kian terbatas, namun kebutuhan pangan berbanding terbalik dengan makanan yang ada.

Dengan berkurangnya lahan berarti hasil panen makanan akan berkurang. Dengan bertambahnya penduduk dunia berarti kebutuhan pangan akan bertambah. Kedua hal yang bertolak belakang itu pada beberapa tahun terakhir ini sudah menjadi masalah global. Oleh karena itu seluruh bangsa di dunia ini telah duduk bersama untuk mendapatkan solusi tentang kebutuhan pangan global.

Kita patut bersyukur, hasil pertanian di Kabupaten Bojonegoro yang dahulu terkenal dengan daerah banjir, pada sekitar tahun 2012 khususnya padi bisa melampaui kebutuhan daerahnya. Sehingga Bojonegoro yang bermimpi sebagai Kabupaten ‘Lumbung Pangan’ sudah terwujud, bahkan beberapa jenis buah juga sudah dikenal oleh daerah lain antara lain salak, belimbing dan jambu kristal. Dari hasil panen tersebut bisa mencukupi daerah serta berkontribusi ke daerah lain.

Namun pada sekitar 4 tahun terakhir ini, pupuk sangat langka ketika musim tanam. Kalaupun ada, harganya bisa selangit dan barang sulit didapatkan. Dan pada saat panen, harga gabah terjun bebas, sehingga terkesan bahwa tidak ada kepedulian pada petani, dan dibiarkan menjerit dan tercekik sendiri. Seakan tidak bisa tanam lagi, kecuali harus ada dana segar.

Karena keterbatasan lahan dan bertambahnya penduduk, kita sebaiknya mencari solusi alternative makanan pokok yang lain, yang tentu saja unsur karbohidratnya setara beras. Karena sesungguhnya kebutuhan pangan tidak hanya dari beras atau nasi namun juga dari sumber karbohidrat lainnya yang khas nusantara bercita rasa tinggi serta cukup gizi.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan petinggi negeri saat ini, yang katanya tidak harus makan beras atau nasi. Tetapi sesungguhnya makanan pokok menjadi hak warga negara.

Kita memang tidak bisa lepas dari bahan makanan untuk bisa bertahan hidup. Dan harus memilih makanan yang bergizi agar bisa bertahan sehat. Dan semua penduduk dunia harus merenung, lahan tumbuhnya makanan semakin berkurang, sementara penduduk dunia semakin bertambah. Sebaiknya tidak memboroskan makanan, karena betapa tidak sedikit penduduk dunia yang masih membutuhkan dan kekurangan pangan.

Bukankah anak negeri ini dulu pernah berteriak ‘Swa sembada pangan’? Ini yang harus dibuktikan para generasi penerus, para kawula muda yang bersemangat. Asal para ekonom muda juga harus selalu mengawal, agar kebijakan yang ada, berpihak pada petani yang berjuang dibawah terik matahari.

Namun masih tetap harus bersyukur, para kawula muda juga masih bisa menikmati jajanan, makanan dan minuman dengan sajian masa kini di warung atau cafe dan resto yang saat ini tumbuh subur. Apa ini dicatat sebagai indikator keberhasilan sektor pangan, atau mungkin sektor perekonomian?

Semoga kita selalu sehat. (abk)

Baca juga www.suarawisata.com


No comments:

Post a Comment

Suara Medika Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by 5ugarless. Powered by Blogger.