Latest News

Jauhkan Mata dari Gadget

 

World Sight Day

Dr Achmad Budi Karyono


Hari ini kamis kedua, bertepatan 12 Oktober, diperingati sebagai World Sight Day. Pada tahun 2023 ini, Hari Penglihatan Dunia memilih tema Love Your Eyes at Work, Cintai Mata Anda di Tempat Kerja.


Mata merupakan salah satu panca indra yang sangat vital bagi kehidupan. Dan beberapa teman kita terganggu fungsi penglihatannya. Namun bukan berarti mereka tidak bisa beraktivitas atau berkarya. Bahkan terkadang rutinitas kerja mereka lebih bermanfaat dari beberapa anggota masyarakat yang kurang mandiri dalam berkarya.


Para tuna netra ada yang sejak lahir tidak bisa menikmati fungsi penglihatan, ada pula yang fungsi matanya terganggu setelah beberapa tahun kemudian. Bahkan sampai tidak berfungsi sama sekali. Walaupun demikian, tidak sedikit diantara mereka yang berjuang memenuhi kewajiban sebagai tulang punggung keluarga.


World Sight Day (Hari Penglihatan seDunia) diperingati bertujuan meningkatkan akses ke pelayanan perawatan mata yang komprehensif dan terintegrasi ke dalam sistem kesehatan.


Melaksanakan 4P untuk menyayangi kesehatan mata kita

1. Prevent, mencegah agar tidak terganggu dan tidak sakit
2. Protect, melindungi mata dari gangguan atau penyakit
3. Preserve, menjaga kelestarian penglihatan
4. Prioritise, pemeriksaan mata secara berkala.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan saat ini lebih dari 40 juta orang menderita kebutaan, dan setiap tahun tak kurang dari 7 juta orang mengalami kebutaan. Sekitar 90% penderita kebutaan dan gangguan penglihatan ini hidup di negara berkembang dan terbelakang. Menurut perhitungan WHO, tanpa ada tindakan apa-apa diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk dunia penderita kebutaan menjadi dua kali lipat, sekitar 80 juta orang. Sekitar 75% penyebab kebutaan termasuk kedalam Avoidable Blindness, Kebutaan yang Dapat Dihindari.


Vision 2020 adalah inisatif global dari WHO untuk menghilangkan kebutaan yang bisa dihindari pada tahun 2020. Program ini sudah dilakukan sejak tahun 1996 dan diikuti oleh lebih dari 20 organisasi internasional untuk menjalankan visi tersebut. Namun ternyata pada tahun 2020 yang lalu terjadi pandemi, sehingga semua rencana yang sudah diagendakan tertunda.


Beberapa tahun yang lalu difokuskan pada penyakit katarak dan refraksi (gangguan penglihatan mata yang berhubungan dengan penggunaan kacamata). Target untuk kedua penyakit ini untuk semua jenis usia, namun beberapa kalangan mendapat perhatian khusus, yaitu katarak pada orang tua yang berusia di atas 50 tahun, sementara refraksi difokuskan pada anak-anak.


Mereka yang mengalami katarak di Indonesia berusia minimal 45 tahun, sementara di luar negeri pada usia 60 tahun. Hal ini dikarenakan negara Indonesia, yang notabene negara tropis, mendapatkan pancaran sinar ultraviolet (UV) lebih banyak sehingga memengaruhi daya tangkap mata. Selain itu, terkait global warming, lapisan ozon bumi pun menjadi bolong dan semakin memudahkan masuknya sinar UV secara langsung ke manusia.


Dengan meningkatnya angka harapan hidup dari 68 tahun menjadi 78 tahun, turut memberi pengaruh pada kesehatan mata katarak yang diperkirakan jumlahnya juga akan meningkat. Gangguan penglihatan lebih didominasi oleh wanita, dua kali lipat daripada pria. Namun untuk katarak, lebih banyak pria.


Untuk refraksi, penggunaan kacamata sejak kecil menjadi perhatian, karena data WHO menyebutkan bahwa tahun 2006, 13 juta dari 153 penderita refraksi adalah anak-anak berusia 5-15 tahun. Sebagai orangtua, sebaiknya memperhatikan kebutuhan anak dimana nilai yang jelek bukan berarti anak tidak pintar, tapi bisa saja karena ada gangguan penglihatan.


Buta penglihatan tidak hanya berarti tidak melihat sama sekali seperti penyandang tuna netra. Ahli mata ternyata mendefinisikan kebutaan sebagai kondisi di mana mata tidak dapat melihat objek dengan jelas dalam jarak tiga meter. Dengan definisi tersebut, kebutaan dapat dideteksi dengan tes melihat 3/60. Tes ini dapat dipelajari masyarakat untuk mendeteksi dini kebutaan dengan tujuan agar gangguan penglihatan dapat diatasi segera.


Kita bisa lakukan tes kebutaan dengan cara sederhana. Coba minta orang lain untuk berdiri dengan jarak tiga meter dan tunjukkan angka dengan jari minimal empat kali. Kalau empat kali tidak bisa menebak dengan benar, itu masuk kategori buta. Tetapi ini bukan berarti seseorang tidak dapat melakukan apa-apa untuk memperbaiki penglihatan mereka. Setelah memeriksakan mata ke dokter, gangguan penglihatan mungkin bisa diperbaiki dengan pemasangan alat optik atau tindakan medis yang sesuai. Dengan deteksi dini, kita akan sadar bahwa mengembalikan kebutaan cukup ‘mudah’.


Hanya dengan memakai kacamata, seseorang bisa kembali berkemampuan melihat dengan baik. Orang yang mengalami kebutaan karena katarak juga bisa kembali normal dengan tindakan operasi mengganti lensanya. Dengan saling membantu antar sesama, saling mengingatkan, hampir semua masalah akan menemukan solusi, termasuk mengenai gangguan penglihatan ini. Bersyukurlah kita masih bisa melihat dan menikmati warna warni bunga dan alam sekitar, karena tidak sedikit masyarakat dunia yang tidak bisa seperti itu. Kita juga selalu berdoa semoga pandemi ini segera berakhir.


Batasi mata kita dari terlalu dekat dan terlalu terang dengan gadget, lindungi dari radiasi.

Semoga kita selalu sehat. (abk)

No comments:

Post a Comment

Suara Medika Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by 5ugarless. Powered by Blogger.