Latest News

Tembakau Sebuah Komoditas

 


Oleh : dr achmad budi k

Hari ini 31 Mei 2024, diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Dunia.

Kali ini World Health Organization (WHO), dalam rangka World No Tobacco Day menyepakati memilih tema ‘Protecting Children From Tobacco Industry Interference’ atau ‘Melindungi Anak-Anak dari Intervensi Industri Tembakau’.

Tema ini sudah jelas, bahwa kita harus menjauhkan anak remaja dari produk tembakau. Hal ini memang ditinjau dari sudut pandang dampak dari produk industri tembakau. Dalam hal ini, yang sudah dikenal banyak orang adalah rokok yang sudah tersebar dimana-mana sejak lama. 

Tembakau memang banyak dibenci, tetapi sekaligus banyak pula yang mencari. Dua kepentingan yang tidak pernah ada titik temu dengan segudang alasan dan argumentasi ilmiah sekalipun. Namun keduanya ‘ngotot’ dan semakin mempertahankan pendapatnya sesuai kepentingan masing-masing pihak.

Sejak lama tembakau merupakan salah satu komoditi yang sangat menjanjikan dalam hal finansial. Dan bisnis tembakau ini mampu mencuatkan nama pemiliknya sebagai deretan orang terkaya di dunia.

Sebagai salah satu contoh, ketika awal tahun 1960-an ada sebuah pabrik rokok yang seakan sebagai industri rumahan. Namun setelah dua dekade, pabriknya bisa ‘menguasai’ sebagian kota selevel eks Karisidenan, dan mengantar pemiliknya sebagai deretan orang terkaya di dunia.

Tembakau adalah produk pertanian semusim yang bukan termasuk komoditas pangan, melainkan komoditas perkebunan. Produk ini dikonsumsi bukan untuk makanan tetapi sebagai pengisi waktu luang atau ‘hiburan’, yaitu sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau juga dapat ‘dikunyah’. Kandungan metabolit sekunder yang kaya juga membuatnya bermanfaat sebagai pestisida dan bahan baku obat.

Di Indonesia, berbagai jenis tembakau komersial yang baik, hanya dihasilkan di daerah-daerah tertentu. Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh kultivar, lokasi penanaman, waktu tanam, dan pengolahan pascapanen. Akibatnya, hanya beberapa tempat yang memiliki kesesuaian dengan kualitas tembakau terbaik, tergantung produk sasarannya.

Tembakau hampir seluruhnya dijadikan rokok, dan pemanfaatan tembakau hampir seratus persen berupa rokok. 

Dampak terhadap kesehatan, Berdasarkan WHO, tembakau merupakan penyebab terbesar kematian oleh penyakit yang dapat dicegah. Bahaya penggunaan tembakau mencakup penyakit yang terkait dengan jantung dan paru-paru seperti serangan jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, emfisema, dan kanker, terutama kanker paru-paru, kanker laring, dan kanker pankreas.

Tembakau juga penyebab kematian bayi dan janin di seluruh dunia karena orang tua perokok.

Perokok pasif meski tidak merokok, dapat mengalami kanker paru-paru atau penyakit jantung. Dan banyak pula yang dilaporkan meninggal akibat paparan asap rokok sebagai perokok pasif. Yang demikian itu, juga disangkal. Alasannya, seberapa besar angka kesakitan dan kematian akibat polusi emisi mesin kendaraan yang semakin brutal.

Industri pertembakauan sudah menjadi komoditas dan ladang banyak pihak, termasuk kita semua. Kita ikut ‘menikmati’ komoditas dari negara. Karena dari pendapatan cukai rokok, telah memberikan kontribusi yang tidak sedikit pada negara, yang selanjutnya dibagikan untuk kepentingan rakyat banyak.

Itu hal ikhwal pro kontra tentang tembakau dan rokok, sampai dunia memperingatkan semua masyarakat dengan gambaran seperti diatas. Semua tergantung dari diri sendiri, apa yang harus dilakukan.

Dan semua permasalahan di dunia ini penuh pro dan kontra, setiap orang mengetahui bagaimana menjaga pola hidup sehat. Kita pegang prinsip diri untuk menyikapinya.

Semoga kita selalu sehat. (Abk)

No comments:

Post a Comment

Suara Medika Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by 5ugarless. Powered by Blogger.